• Kategori

  • Arsip

SISTEM INFORMASI AKUNTANSI

Lecture Articles

Sistem Akuntansi Biaya Untuk Menunjang
Keunggulan Jangka Panjang Perusahaan Dalam
Persaingan Dan Dampaknya Terhadap
Materi Ajaran Akuntansi Biaya

M. Zainul Bahri Torong
Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara


RINGKASAN ISI

Perkembangan transportasi dan telekomunikasi mempercepat perusahaan-perusahaan di Indonesia memasuki kancah persaingan dengan perusahaan asing. Persaingan global memaksa perusahaan-perusahaan di Indonesia memiliki keunggulan dalam : fleksibilitas, mutu produk atau jasa yang dihasilkan, dan cost effective. Untuk menjadi perusahaan yang cost effective, manajemen memerlukan sistem informasi akuntansi manajemen yang dirancang sedemikian rupa sehingga mampu membentuk perilaku manajemen.

Sistem informasi akuntansi manajemen yang berlaku di Indonesia sekarang masih berada dalam tahap awal perkembangan. Akuntansi manajemen masih didominasi oleh konsep-konsep akuntansi keuangan yang lebih diarahkan untuk menyajikan informasi pertanggungjawaban keuangan oleh manajemen kepada pihak luar perusahaan. Dengan demikian, sistem informasi akuntansi manajemen belum berperan dalam menyediakan informasi keuangan bagi manajemen untuk merencanakan dan mengendalikan alokasi berbagai sumber daya dalam perusahaan.

Untuk menjadi relevan dengan kebutuhan manajemen di masa akan datang, sistem informasi akuntansi manajemen harus dirancang sedemikian rupa sehingga mampu memberikan kontribusi bagi manajemen dalam mempengaruhi perilaku manusia dalam organisasi agar menjadi cost effective.

Silabus akuntansi menajemen perlu dirancang kembali untuk mengantisipasi kebutuhan keahlian akuntan manajemen di masa yang akan datang agar mereka memiliki kemampuan untuk merekayasa informasi akuntansi manajemen yang dapat dimanfaatkan untuk mempengaruhi perilaku manajemen agar menjadi cost effective.

PENDAHULUAN

Dengan semakin pesatnya perkembangan sektor transportasi dan telekomunikasi, semakin dekat terwujudnya ramalan global village. Barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan asing membanjir sampai di pelosok tanah air kita. Begitu pula barang-barang produksi Indonesia begitu mudah memasuki pasaran luar negeri.

Perkembangan ini mendorong dengan cepat perusahaan-perusahaan di Indonesia ke dalam kancah persaingan dengan perusahaan-perusahaan asing yang telah lebih lama dan berpengalaman dalam dunia bisnis. Jika perusahaan-perusahaan di Indonesia tidak memperoleh perlindungan yang memadai dari Pemerintah, agak susah mereka dalam jangka panjang memenangkan persaingan dengan perusahaan-perusahaan asing yang umumnya mampu menghasilkan produk dan jasa yang dilemparkan mereka ke pasar dengan efisiensi produksi yang tinggi. Namun dengan proteksi yang diberikan terus menerus kepada perusahaan Indonesia, tidak akan baik akibatnya terhadap pertumbuhan jangka panjang industrialisasi di Indonesia. Sehingga strategi yang cocok adalah dengan menjadikan perusahaan-perusahaan di Indonesia kuat dalam jangka panjang di dalam menghadapi persaingan. Hanya dengan membuat perusahaan-perusahaan fleksibel dalam memenuhi kebutuhan konsumen mereka, menghasilkan produk dan jasa yang bermutu dan cost effective , mereka akan memiliki kemampuan bertahan dan berkembang dalam menghadapi persaingan yang bersifat global dan tajam.

Perkembangan yang sama pesatnya terjadi pula di sektor teknologi informasi (perangkat keras dan lunak komputer dan telekomunikasi). Kemana pun kita menjelajahi pelosok tanah air kita, rasanya kita tidak begitu jauh dari Jakarta, karena melalui televisi dan telekomunikasi kita dapat mengikuti perkembangan yang terjadi di seluruh tanah air. Seperti halnya dengan orang Amerika yang berkunjung ke Indonesia, setelah ia terbang 20 sampai 25 jam, ia akan makan pagi di Pizza Huts atau MacDonald persis dengan kebiasaan yang dilakukan di negara asalnya. Begitu masuk di kamar hotel, ia akan menikmati siaran CNN yang berisi berita-berita yang terjadi di negara asalnya. Rasanya setelah terbang sekian lamanya, ia belum beranjak pula dari negara asalnya, seolah-olah ia bepergian di kampung dunia yang tidak begitu jauh, berkat kemajuan di bidang teknologi informasi, transportasi dan telekomunikasi.

Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi ini menjadikan konsumen mudah memperoleh informasi di dalam mempertimbangkan pengeluaran uang mereka. Dengan demikian konsumen akan mengalokasikan dan mereka ke dalam perusahaan-perusahaan yang mampu secara cepat memenuhi kebutuhan mereka dengan produk dan jasa yang bermutu dan dengan harga yang murah. Bagi manajemen perusahaan, perkembangan yang pesat di bidang teknologi informasi memungkinkan mereka dengan cepat memperoleh informasi mengenai apa saja yang berkaitan dengan kegiatan bisnisnya dalam memenuhi kebutuhan konsumen. Pengolahan data konsumen berbagai sumber daya dalam berbagai kegiatan bisnis dapat dihasilkan dengan cara yang tidak terbayangkan sebelumnya pada waktu perusahaan menggunakan manual system dalam pengolahan data. Dengan mutu informasi yang dapat diperoleh melalui teknologi informasi, manajemen memiliki kesempatan untuk berada dalam posisi yang baik dalam merencanakan dan mengendalikan semua kegiatan bisnis serta mengelola konsumsi sumber daya dalam menjalankan kegiatan bisnis mereka. Dengan demikian, teknologi informasi maju yang digunakan oleh perusahaan akan menempatkan perusahaan fleksibel dalam memenuhi kebutuhan konsumen yang senantiasa berubah, memungkinkan perusahaan menghasilkan produk dan jasa yang bermutu dan memungkinkan manajemen menjalankan kegiatan bisnis mereka secara cost effective.

Persyaratan Yang Harus Dipenuhi Agar Perusahaan Unggul Dalam Jangka Panjang Di Dalam Persaingan

Di atas telah disinggung bahwa untuk mampu bersaing di pasar dunia, perusahaan harus bersaing di tiga aspek : fleksibilitas, mutu, dan biaya. Fleksibilitas merupakan tuntutan pasar yang senantiasa menghendaki perusahaan mampu menghasilkan produk dan jasa yang memenuhi kebutuhan konsumen yang selalu mengalami perubahan. Fleksibilitas menuntut manajemen perusahaan secara terus menerus melakukan perbaikan manfaat yang terkandung di dalam produk dan jasa bagi konsumen. Kemampuan perusahaan di dalam menyesuaikan dengan cepat setiap perubahan kebutuhan konsumen menjadi kunci keberhasilan perusahaan dalam menempatkan diri setapak lebih maju dari perusahaan pesaing.

Perkembangan teknologi informasi mengakibatkan konsumen mudah melakukan akses terhadap mutu produk dan jasa yang kan mereka beli. Dengan demikian, hanya perusahaan yang mampu menghasilkan produk dan jasa yang memenuhi mutu yang dibutuhkan konsumen, yang mampu menjadi pemimpin dalam persaingan di pasar.

Biaya merupakan faktor penting dalam menjamin kemenangan perusahaan dalam persaingan di pasar. Konsumen akan memilih produsen yang mampu menghasilkan produk dan jasa yang memiliki mutu tinggi dengan harga yang murah. Harga murah hanya dapat dihasilkan oleh produsen yang secara terus menerus melakukan perbaikan terhadap kegiatan yang menambah nilai bagi konsumen. Dengan demikian perusahaan yang senantiasa berusaha menghilangkan kegiatan-kegiatan yang tidak menambah nilai bagi konsumen yang akan memenangkan persaingan jangka panjang di pasar.

Peran Sistem Informasi Biaya Dalam Menunjang Keunggulan Perusahaan Dalam Persaingan

Untuk menjdi produsen yang mampu menghasilkan produk yang bermutu dengan harga yang murah, manajemen memerlukan peta yang menggambarkan berbagai kegiatan yang digunakan untuk menghasilkan produk dan jasa serta informasi sumber daya yang dikorbankan untuk melaksanakan berbagai kegiatan tersebut. Manajemen harus memahami berbagai kegiatan tersebut. Manajemen harus memahami berbagai kegiatan untuk menghasilkan produk dan jasa yang dibutuhkan konsumen. Dengan pemahaman ini manajemen dalam posisi dapat melakukan perbaikan terus menerus kegiatan untuk memproduksi dan menyerahkan produk dan jasa kepada konsumen.

Di samping memiliki peta yang menggambarkan berbagai kegiatan untuk menghasilkan produk dan jasa, manajemen memerlukan ukuran yang digunakan untuk menghitung sumber daya yang dikorbankan untuk melaksanakan berbagai kegiatan tersebut. Sistem akuntansi biaya mampu menyediakan informasi konsumsi sumber daya dalam berbagai kegiatan bisnis untuk melayani kebutuhan konsumen. Dengan informasi akuntansi yang mampu mencerminkan berbagai kegiatan produksi dan penyerahan produk dan jasa, manajemen akan berada dalam posisi mengendalikan berbagai kegiatan perusahaannya, sehingga mampu membawa perusahaan unggul dalam jangka panjang di dalam persaingan.

Kelemahan Sistem Akuntansi Biaya Tradisional

Akuntansi biaya tradisional telah membantu manajemen selama kurang lebih 70 tahun dalam perencanaan dan pengendalian kegiatan perusahaan. Sukses yang dicapai oleh akuntansi biaya tradisional selama jangka waktu tersebut disebabkan oleh kemampuan akuntansi biaya dalam mencerminkan kegiatan pabrik dalam masa itu.

Kondisi pabrik perusahaan-perusahaan yang bersaing di kelas dunia telah mengalami perubahan drastis. Waktu untuk menyiapkan mesin dan peralatan produksi (set up dan lead time) dapat dikurangi; banyak digunakan ekuipmen yang dikendalikan dengan microprocessor dan komputer; karyawan dilatih untuk memproduksi produk dengan tingkat kerusakan sangat minimum; persediaan produk dalam proses dihapus sama sekali dari pabrik; pemasok dilatih untuk menyerahkan barang 100 % sesuai dengan spesifikasi dan waktu kebutuhan pabrik.

Dengan perubahan yang drastis kegiatan perusahaan dalam produksi dan memasarkan produk dan jasa, akuntasi biaya tradisional menjadi tidak lagi mampu menyediakan informasi yang menyimbolkan kegiatan di pabrik.

Dibandingkan dengan keadaan pabrik masa kini yang digambarkan di atas akuntansi biaya tradisional memiliki cacat rancangan berikut ini:

  1. Hanya menggunakan jam tenaga kerja langsung (atau biaya tenaga kerja langsung) sebagai dasar untuk mengalokasikan biaya overhead pabrik dari pusat biaya kepada produk dan jasa.
  2. Hanya dasar alokasi yang berkaitan dengan volume yang digunakan untuk mengalokasikan biaya overhead pabrik dari pusat biaya kepada produk dan jasa.
  3. Pusat biaya terlalu besar dan berisi mesin yang memiliki struktur biaya overhead yang sangat berbeda.
  4. Biaya pemasaran dan penyerahan produk dan jasa sangat berbeda diantara berbagai saluran distribusi, namun sistem akuntansi biaya tidak memperdulikan biaya pemasaran.

Hanya menggunakan jam tenaga kerja langsung (atau biaya tenaga kerja langsung) sebagai dasar untuk mengalokasikan biaya overhead pabrik dari pusat biaya kepada produk dan jasa. Dalam pabrik yang telah menggunakan banyak peralatan yang dikendalikan dengan komputer, tenaga kerja langsung menjadi berkurang. Tenaga kerja yang ahli di bidang informasi merancang perangkat lunak untuk menjalankan peralatan yang dikendalikan dengan komputer.

Hanya dasar alokasi yang berkaitan dengan volume yang digunakan untuk mengalokasikan biaya overhead pabrik dari pusat biaya kepada produk dan jasa. Akuntansi biaya tradisional membebankan biaya overhead pabrik kepada produk atas dasar kuantitas produk yang diproduksi. Metode pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk ini disebut unit based systems.

Dalam metode ini biaya overhead pabrik dianggap proporsional dengan jumlah unit produk yang diproduksi. Akuntansi biaya tradisional yang membebankan biaya overhead pabrik atas dasar jam tenaga kerja langsung (atau biaya tenaga kerja langsung) akan menghasilkan informasi biaya produk yang mengandung quantity distortion , karena biaya dialokasikan secara tidak langsung kepada produk dengan menggunakan suatu dasar yang tidak secara sempurna proporsional dengan konsumsi sesungguhnya sumber daya oleh produk. Sebagai contoh, produk yang menggunakan banyak tenaga kerja langsung dalam proses produksinya seringkali dibebani biaya terlalu besar (overcosted) jika jam tenaga kerja langsung digunakan sebagai dasar pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk.

Pusat biaya terlalu besar dan berisi mesin yang memiliki struktur biaya overhead yang sangat berbeda. Akuntansi biaya tradisional membebankan biaya overhead pabrik kepada produk membebankan biaya overhead pabrik kepada produk melalui tiga tahap. Tahap pertama biaya overhead pabrik dikumpulkan dalam pusat biaya, baik departemen pembantu maupun departemen produksi. Tahap kedua, biaya overhead departemen pembantu dialokasikan kepada departemen produksi menggunakan dasar alokasi tertentu. Tahap ketiga, biaya overhead pabrik yang telah melalui agregasi tahap kedua, dibebankan kepada produk atas dasar jam tenaga kerja langsung, jam mesin, atau biaya tenaga kerja langsung. Karena biaya overhead dibebankan kepada produk melalui agregasi, bukan berdasarkan konsumsi sumber daya oleh kegiatan untuk menghasilkan produk, maka akuntansi biaya tradisional menimbulkan price distortion.

Biaya pemasaran dan penyerahan produk dan jasa sangat berbeda di antara berbagai saluran distribusi, namun sistem akuntansi biaya tidak mempedulikan biaya pemasaran. Akuntansi biaya tradisional dirancang dan dikembangkan pada masa fungsi produksi dominan dalam perusahaan. Dengan semakin rumitnya fungsi pemasaran dalam perusahaan, akuntansi biaya tetap hanya menitik beratkan pada akumulasi dan penyajian informasi biaya produksi saja. Akuntansi biaya hanya sedikit mempedulikan biaya pemasaran, sehingga manajemen tidak memperoleh informasi biaya yang memungkinkan mereka menganalisis profitabilitas saluran distribusi, metode pemasaran, order size, daerah pemasaran, dan sebagainya.

Sistem Akuntansi Biaya Untuk Menunjang Keunggulan Jangka Panjang Di Dalam Persaingan

Untuk unggul dalam jangka panjang di dalam persaingan, perusahaan harus mampu menghasilkan laba. Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba ditentukan oleh tiga faktor : fleksibilitas, mutu dan biaya. Dengan demikian, sistem informasi harus dirancang agar mampu menyediakan informasi bagi manajemen untuk merencanakan dan mengendalikan tiga faktor yang menentukan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba tersebut.

Pendekatan baru dalam sistem akuntansi biaya untuk memenuhi tujuan tersebut di atas disebut “activity-based cost system (ABC Systems)”. Sistem ini merupakan sistem informasi tentang pekerjaan (atau kegiatan) yang mengkonsumsi sumber daya dan menghasilkan nilai bagi konsumen.

ABC Systems menggunakan dua asumsi : (1) kegiatan menyebabkan timbulnya biaya, (2) produk dan jasa atau konsumen yang menyebabkan timbulnya permintaan terhadap kegiatan. Dengan demikian, hanya dengan mengelola dengan baik kegiatan untuk menghasilkan produk dan jasa, manajemen akan mampu membawa perusahaan unggul dalam jangka panjang di dalam persaingan. Untuk mampu mengelola kegiatan perusahaan, manajemen memerlukan informasi biaya yang mencerminkan sumber daya dalam berbagai kegiatan perusahaan.

Untuk menunjang perusahaan unggul dalam jangka panjang di dalam persaingan, sistem informasi akuntansi biaya harus dirancang sedemikian rupa sehingga mampu menyediakan jawaban teliti untuk berbagai pertanyaan berikut ini :

  1. Biaya apa yang dapat dipengaruhi (dan secara langsung dapat dirunut) dan laba untuk setiap keluarga produk dan konsumen ?
  2. Bagaimana pola perilaku biaya untuk setiap kegiatan, termasuk kapasitasnya, dan seberapa besar volume dapat dinaikkan atau diturunkan sebelum biaya berubah ?
  3. Apa yang menjadi unsur pemborosan biaya, dan apakah yang menjadi praktik terbaik untuk suatu kegiatan ?
  4. Bagaimana biaya overhead berubah dengan perubahan dalam bisnis ? Biaya apa yang dapat dihindarkan dengan turunnya volume ?
  5. Bagaimana dengan struktur biaya sekarang, pemanfaatan kapasitas, dan kecenderungan prestasi nonkeuangan dibandingkan dengan yang dimiliki oleh pesaing ?
  6. Bagaimana biaya rendah dapat dirancangkan ke dalam produk yang ada sekarang atau yang baru ?

Dalam merancang ABC Systems, kegiatan untuk memproduksi dan menjual produk dapat digolongkan ke dalam 4 kelompok besar : (1) Facility-sustaining activities, (2) Product-sustaining activities, (3) Batch related activities, (4) unit level activities.

Facilities Sustaining Activity Costs Biaya ini berhubungan dengan kegiatan untuk mempertahankan kapasitas yang dimiliki oleh perusahaan. Biaya depresiasi dan amortisasi, biaya asuransi, biaya gaji karyawan kunci perusahaan adalah contoh jenis biaya yang termasuk dalam golongan facility sustaining activity costs. Biaya ini dibebankan kepada produk atas dasar taksiran unit produk yang dihasilkan pada kapasitas normal pabrik.

Product Sustaining Activity Costs Biaya ini berhubungan dengan penelitian dan pengembangan produk tertentu dan biaya-biaya untuk mempertahankan produk untuk tetap dapat dipasarkan. Biaya ini tidak terpengaruh oleh jumlah unit produk yang diproduksi dan jumlah batch produksi yang dilaksanakan oleh divisi penjual. Contoh biaya ini adalah biaya desain produk, desain proses pengolahan produk, pengujian produk. Biaya ini dibebankan kepada produk berdasarkan taksiran jumlah unit produk tertentu yang akan dihasilkan selama umur produk tersebut (product life cycle).

Bacth Activity Costs Biaya ini berhubungan dengan jumlah batch produk yang diproduksi. Setup cost , yang merupakan biaya yang dikeluarkan untuk menyiapkan mesin dan ekuipmen sebelum suatu order produksi diproses adalah contoh biaya yang termasuk dalam golongan ini. Besar kecilnya biaya ini tergantung dari frekuensi order produksi yang diolah oleh fungsi produksi. Biaya ini tidak dipengaruhi oleh jumlah unit produk yang diproduksi dalam setiap order produksi. Pembeli dibebani batch activity costs berdasarkan jumlah batch activity costs yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam setiap menerima order dari pembeli.

Unit Level Activity Costs Biaya ini dipengaruhi oleh besar kecilnya jumlah unit produk yang dihasilkan. Biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya enerji, dan biaya angkutan adalah contoh biaya yang termasuk dalam golongan ini. Biaya ini dibebankan kepada produk berdasarkan jumlah unit produk yang dihasilkan. Oleh karena itu, dalam penentuan harga pokok produk, biaya ini dibebankan kepada produk berdasarkan biaya per unit dikalikan dengan jumlah produk yang sesungguhnya diproduksi.

Biaya overhead pabrik dalam ABC Systems memperoleh perlakuan yang lebih seksama. Biaya ini bukan hanya terjadi, dikumpulkan, dialokasikan, kemudian hanya untuk dibebankan kepada produk, melainkan dirinci untuk dapat dikelola dengan baik. Dalam perusahaan yang menggunakan teknologi modern dalam pengolahan produknya, biaya overhead pabrik menduduki proporsi yang besar dibandingkan dalam total biaya produksi. Oleh karena itu, ABC Systems memfokuskan akuntansi terhadap biaya overhead pabrik, untuk memungkinkan manajemen melakukan pengelolaan berbagai kegiatan yang mengkonsumsi biaya overhead pabrik.

ABC Systems membebankan biaya overhead pabrik kepada produk melalui dua tahap. Dalam tahap pertama pembebanan, biaya overhead pabrik dibebankan kepada pusat-pusat biaya yang mengkonsumsi sumber daya dan dalam tahap kedua, biaya yang dikumpulkan dalam pusat biaya dibebankan kepada produk. Tujuan tahap pertama adalah untuk membebankan semua unsur biaya overhead pabrik, baik yang berhubungan dengan penyediaan jasa departemen pembantu maupun yang berhubungan langsung dengan departemen produksi, ke pusat biaya produksi. Beberapa perusahaan melaksanakan tahap pertama pembebanan ini melalui beberapa tahap, dengan cara membebankan konsumsi jasa antar departemen pembantu dan departemen produksi.

Yang membedakan ABC Systems dengan akuntansi biaya tradisional dalam tahap pertama pembebanan biaya overhead ini adalah ketelitian ABC Systems dalam menelusuri konsumsi sumber daya dalam proses pembebanan biaya overhead pabrik kepada pusat biaya berdasarkan sebab akibat. Untuk mencapai tujuan ini, ABC Systems menggunakan dasar pembebanan biaya overhead pabrik yang lebih teliti dan membentuk pusat biaya yang lebih banyak, sehingga penggunaan sumber daya dapat diikuti dengan teliti ke pusat biaya yang mengkonsumsinya.

Tahap kedua pembebanan, biaya overhead pabrik yang telah dikumpulkan dalam pusat biaya produksi dibebankan kepada produk atas dasar pembebanan yang lebih mencerminkan penggunaan kegiatan dalam menghasilkan produk. Jika dalam akuntansi biaya tradisional, pembebanan biaya overhead pabrik yang terkumpul di pusat biaya produksi hanya didasarkan pada jam tenaga kerja langsung, jam mesin, unit produk yang dihasilkan, atau biaya tenaga kerja langsung, dalam ABC Systems , biaya tersebut dibebankan kepada produk berdasarkan kegiatan (seperti facility-sustaining activities, product sustaining activities, batch related activities, dan unit level activities) yang digunakan untuk menghasilkan produk. Dengan demikian ABC Systems melakukan refinement dalam pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk, yang lebih mencerminkan kegiatan perusahaan dalam memproduksi dan menjual produk. Dengan informasi biaya yang lebih mencerminkan konsumsi sumber daya dalam berbagai kegiatan untuk menghasilkan produk dan untuk melayani konsumen, manajemen akan dapat menempatkan diri pada posisi yang memungkinkan mereka melakukan pemantauan dan pengendalian semua kegiatan perusahaannya.

MANFAAT ABC Systems

ABC Systems mampu menghasilkan informasi biaya produk dan jasa yang teliti jika : (1) perusahaan mengkonsumsi sumber daya tidak langsung dalam jumlah besar dalam proses produksinya, (2) perusahaan memiliki banyak macam produk dan jasa, proses produksi dan konsumen. Manfaat yang dihasilkan oleh ABC Systems adalah :

  1. Memperbaiki mutu pengambilan keputusan.
  2. Memungkinkan manajemen melakukan perbaikan terus menerus terhadap kegiatan untuk mengurangi biaya overhead.
  3. Memberikan kemudahan dalam penentuan biaya relevan.

Memperbaiki Mutu Pengambilan keputusan. Dengan informasi biaya produk yang lebih teliti, kemungkinan manajemen melakukan pengambilan keputusan yang salah dapat dikurangi. Informasi biaya produk yang lebih teliti sangat penting artinya bagi manajemen jika perusahaan menghadapi persaingan sangat tajam. Di USA, ABC Systems umumnya digunakan oleh perusahaan-perusahaan yang sekonyong-konyong dihadapkan pada keadaan persaingan yang semakin tajam.

Memungkinkan Manajemen Melakukan Perbaikan Terus-menerus Terhadap Kegiatan Untuk Mengurangi Biaya Overhead . ABC Systems mengidentifikasi biaya overhead dengan kegiatan yang menimbulkan biaya tersebut. Dengan demikian informasi biaya yang dihasilkan oleh ABC System dapat digunakan oleh manajemen untuk memantau secara terus menerus berbagai kegiatan yang digunakan oleh perusahaan untuk menghasilkan produk dan melayani konsumen. Perbaikan berbagai kegiatan untuk menghasilkan produk dan penghilangan kegiatan yang tidak menambah nilai bagi konsumen dapat dipertimbangkan oleh manajemen berdasarkan informasi biaya yang disajikan dengan ABC Systems.

Memberikan Kemudahan dalam Penentuan Biaya Relevan. Karena ABC system menyediakan informasi biaya yang dihubungkan dengan berbagai kegiatan untuk menghasilkan produk, maka manajemen akan memperoleh kemudahan dalam memperoleh informasi yang relevan dengan pengambilan keputusan yang menyangkut berbagai kegiatan bisnis mereka. Jika misalnya manajemen mempertimbangkan untuk melakukan perbaikan dalam kegiatan set-up fasilitasproduksi, ABC system dengan cepat mampu menyediakan informasi biaya batch related activities, sehingga memungkinkan manajemen mempertimbangkan akibat keputusan mereka tehadap konsumsi sumber daya untuk kegiatan tersebut.

STATE-0F-THE-ART AKUNTANSI MANAJEMEN DI INDONESIA

Uraian state-of-the-art akuntansi manajemen di Indonesia di dalam makalah ini tidak didasarkan pada hasil penelitian yang dirancang khusus untuk tujuan itu. Pengalaman penulis sebagai konsultan diberbagai perusahaan manufaktur besar di Indonesia dan sebagai pembimbing penulisan tesis dan skripsi mahasiswa menempatkan penulis dalam posisi yang dapat memantau state-of-the-art akuntansi manajemen di Indonesia.

Tingkat perkembangan sistem akuntansi manajemen perusahaan-perusahaan di Indonesia berciri berikut ini :

  1. Sistem akuntansi manajemen lebih ditujukan untuk melayani kebutuhan pertanggungjawaban keuangan kepada pihak luar perusahaan.
  2. Sistem akuntansi manajemen belum merupakan bagian terpadu sistem pengendalian anggaran perusahaan (budgetary control system).

Sistem Akuntansi Manajemen Lebih ditujukan Untuk Melayani Kebutuhan Pertanggungjawaban Keuangan Kepada Pihak Luar Perusahaan. Akuntansi manajemen lebih ditujukan untuk menghasilkan informasi biaya produksi untuk penilaian persediaan yang dicantumkan dalam neraca. Dengan demikian umumnya perusahaan manufaktur hanya mengenal full costing sebagai pendekatan yang digunakan untuk penentuan harga pokok produksi. Pendekatan variabel costing yang mampu menghasilkan informasi bagi manajemen untuk perencanaan laba jangka pendek tidak mudah dijumpai dalam praktik di perusahaan-perusahaan manufaktur di Indoensia. Begitu pula sulit dijumpai perusahaan manufaktur di Indonesia yang menggunakan sistem biaya standar untuk pengendalian biaya produksi.

Sistem Akuntansi Manajemen Belum Merupakan Bagian Terpadu Sistem Pengendalian Anggaran Perusahaan (budgetary Control System). Sistem pengendalian anggaran perusahaan umumnya tidak dirancang sebagai suatu sistem perencanaan dan pengendalian menyeluruh perusahaan secara terpadu. Tidak jarang perusahaan hanya menggunakan anggaran saja sebagai satu satunya alat perencanaan stratejik dan penyusunan program. Bahkan seringkali manajemen puncak telah merumuskan filosofi, misi, strategi, dan program (berupa corporate plan) , namun tidak mampu mencerminkan rumusan tersebut ke dalam anggaran. Tidak jarang dijumpai manajemen puncak yang masih memegang konsep anggaran perusahaan sebagai anggaran kas: suatu konsep yang sangat sederhana. Oleh karena penganggaran belum disadari sebagai alat untuk role setting, maka tidak akan dijumpai usaha untuk menjadikan informasi akuntansi manajemen sebagai role sending device. Dengan demikian sistem akuntansi pertanggungjawaban belum merupakan teknologi perekayasaan informasi yang diterapkan dalam perusahaan-perusahaan di Indonesia.

LONCATAN KE DEPAN

Perkembangan teknologi pengolahan informasi akuntansi di USA adalah melalui empat tahap: manual system, bookeping machine system, punched card system, dan computerized system. Perusahaan-perusahaan di Indonesia tidak perlu melalui empat tahap perkembangan teknologi tersebut, namun dengan sangat beruntung kita meloncat dari manual system langsung ke computerized system. Loncatan besar ini menguntungkan dari segi investasi, namun dari kesadaran manajemen mengenai pentingnya informasi akuntansi, loncatan penggunaan teknologi ini tidak menguntungkan.

Perkembangan teknologi informasi akuntansi manajemen di USA adalah melalui empat tahap : full costing, standard costing, variabel costing, dan activity based costing. Seperti halnya dengan perkembangan penggunaan teknologi pengolahan informasi, perkembangan teknologi informasi akuntansi manajemen di Indonesia juga akan melalui suatu lompatan besar. Perusahaan-perusahaan manufaktur di Indonesia akan meloncat dari penggunaan teknologi informasi akuntansi manajemen untuk kepentingan pihak luar (yang didasarkan pada pendekatan full costing ) langsung ke activity based costing.

DAMPAK ABC SYSTEMS TERHADAP PENGAJARAN AKUNTANSI BIAYA

Akuntansi biaya yang diajarkan di perguruan tinggi perlu di tinjau kembali isinya untuk mengantisipasi kebutuhan masyarakat di masa yang akan datang. Berbagai perubahan yang perlu dilakukan terhadap silabus pengajaran akuntansi biaya di perguruan tinggi mencakup :

  1. Akuntansi biaya harus dilepaskan dari dominasi akuntansi keuangan.
  2. Penggolongan biaya.
  3. Komponen product costs.
  4. Ketelitian perhitungan product cost dengan pemanfaatan teknologi komputer.
  5. Kesadaran pengelolaan biaya overhead pabrik.
  6. Issue variabel costing menjadi tidak begitu relevan dalam perusahaan manufaktur.
  7. Pergeseran peran informasi akuntansi manajemen dari salah satu dasar penting dalam pengambilan keputusan manajemen menjadi pembentuk perilaku manajemen.

Akuntansi Biaya Harus Dilepaskan dari Dominasi Akuntansi Keuangan. Akuntansi biaya harus dilepaskan dari dominasi akuntansi keuangan, sehingga akuntansi biaya mampu menyediakan informasi konsumsi sumber daya dalam berbagai kegiatan perusahaan sehingga memungkinkan manajemen melakukan pengelolaan terhadap kegiatan perusahaan dalam menyediakan nilai bagi konsumen. Akuntansi biaya tradisional terlalu didominasi oleh akuntansi keuangan sehingga informasi yang dihasilkan lebih banyak ditujukan untuk melayani pemakai luar perusahaan. Oleh karena itu, dalam pengajaran akuntansi biaya perlu dilakukan perubahan orientasi pemakai informasi biaya. Porsi akuntansi biaya untuk product costing yang lebih berorientasi kepada penyajian harga pokok untuk inventory valuation harus dikurangi secara drastis dan digantikan dengan product costing yang berorientasi kepada penyajian product cost yang memungkinkan manajemen melakukan pengelolaan biaya (cost management).

Penggolongan Biaya. Penggolongan biaya yang dajarkan dalam mata kuliah akuntansi biaya sebaiknya ditinjau kembali. Penggolongan biaya menurut fungsi pokok perusahaan manufaktur, menurut perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan, menurut hubungan biaya dengan unit organisasi perusahaan manufaktur perlu disesuaikan dengan gambaran kegiatan pabrik yang sudah menggunakan teknologi modern. Variabilitas biaya tidak secara sederhana dihubungkan dengan unit level activities seperti halnya yang diajarkan dalam akuntansi biaya tradisional, namun perlu dihubungkan dengan perubahan volume berbagai macam kegiatan untuk menghasilkan produk.

Komponen Product Cost. Akuntansi biaya tradisional menekankan perekayasaan informasi biaya hanya pada tahap produksi saja. Padahal tahap pembuatan produk terdiri dari tiga tahap : tahap pengembangan dan perancangan produk, tahap produksi, dan tahap pemasaran produk. Komponen product costs tidak lagi hanya mencakup biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik, atau biaya produksi variabel dan biaya produksi tetap saja, namun harus digambarkan sesuai dengan perkembangan proses pengolahan produk di pabrik modern. Biaya yang bersangkutan dengan produk, proses produksi, sampai dengan tahap penyerahan produk ke tangan konsumen. Biaya produk tidak hanya terbatas pada biaya yang terjadi di pabrik saja, namun mencakup biaya-biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan pemasaran. Karena dalam masa sekarang umumnya produk memerlukan waktu yang pendek untuk memasuki tahap masuk pasar (introduction) dan memiliki usia pendek, maka informasi product life cycle costs menjadi penting bagi manajemen. Oleh karena itu, biaya produk tidak hanya mencakup biaya yang terjadi dalam periode akuntansi tertentu saja, namun mencakup product life cycle costs.

Ketelitian Perhitungan Product Cost dengan Pemanfaatan Teknologi Komputer. Karena akuntansi biaya tradisional ditujukan untuk melayani kebutuhan external users , maka informasi biaya rinci tidak dapat dihasilkan oleh sistem informasi tersebut. ABC Systems didorong timbulnya oleh kebutuhan manajemen akan informasi biaya produk yang tidak mengandung distorsi, yang mampu mencerminkan kegiatan bisnis perusahaan. Untuk menghasilkan informasi rinci konsumsi sumber daya dalam berbagai kegiatan perusahaan dalam menghasilkan produk, penggunaan teknologi komputer dalam proses pengolahan informasi menjadi suatu keharusan. Pengajaran akuntansi biaya sudah harus menunjukkan kemampuan komputer dalam pengolahan berbagai informasi biaya yang dibutuhkan oleh manajemen, yang tidak mungkin dihasilkan jika informasi akuntansi diolah secara manual.

Kesadaran Pengelolaan Biaya Overhead Pabrik. Biaya overhead mencerminkan konsumsi sumber daya tidak langsung (indirect resouces) yang memiliki kemampuan untuk melakukan kegiatan, tidak hanya memiliki kemampuan menghasilkan biaya untuk dialokasikan.

Issue Variabel Costing Menjadi Tidak begitu Relevan dalam Perusahaan Manufaktur. Full costing dan variabel costing merupakan issue yang berkaitan dengan rekayasa product cost untuk inventory valution . Kedua metode costing tersebut ditujukan untuk memenuhi kebutuhan external users. Karena orientasi akuntansi biaya perlu dilepaskan dari dominasi akuntansi keuangan, dan perlu ditujukan ke pemenuhan kebutuhan manajemen, maka materi yang berkaitan dengan kedua metode costing tersebut menjadi kurang relevan dalam pengajaran akuntansi biaya.

Pergeseran Peran Informasi Akuntansi Manajemen dari Salah Satu Dasar Penting dalam Pengambilan Keputusan Manajemen Menjadi Pembentuk Perilaku Manajemen. Untuk menjadi produsen yang cost effective , manajemen harus senantiasa melakukan perbaikan terhadap berbagai kegiatan untuk menghasilkan produk atau jasa, sehingga konsumen hanya dibebani dengan kegiatan-kegiatan yang menambah nilai bagi mereka. Manajemen memerlukan sistem informasi akuntansi yang dapat dipakai oleh manajemen untuk mempengaruhi perilaku manajemen dalam mengalokasikan berbagai sumber daya dalam menghasilkan produk dan jasa.

PENUTUP

Agar unggul dalam jangka panjang di dalam persaingan, perusahaan harus dibangun di atas landasan yang kokoh. Manajemen perusahaan harus menyadari bahwa alasan utama mereka berada dalam bisnis adalah konsumen mereka. Konsumen sekarang dan di masa yang akan datang menuntut perusahaan untuk menghasilkan produk dan jasa yang dengan cepat menyesuaikan kebutuhan mereka, yang memiliki mutu tinggi dengan harga yang rendah. Dengan demikian, perusahaan yang dalam jangka panjang mampu memenangkan persaingan di pasar adalah perusahaan yang mampu memenuhi tuntutan kebutuhan konsumen tersebut.

Strategi manajemen untuk menempatkan perusahaan agar di dalam jangka panjang unggul di dalam persaingan hanya dapat ditempuh melalui usaha-usaha perusahaan untuk mengembangkan manfaat produknya bagi konsumen, memperbaiki produktivitas, dan mengurangi biaya. Untuk menunjang strategi tersebut, manajemen memerlukan sistem informasi yang mampu merefleksikan konsumsi sumber daya dalam berbagai kegiatan untuk menghasilkan produknya. Dengan sistem informasi yang dirancang atas dasar landasan tersebut, manajemen akan memperoleh informasi yang sangat bermanfaat untuk melakukan pengelolaan berbagai kegiatan perusahaan dalam melayani konsumennya. Manajemen akan berada dalam posisi secara terus menerus melakukan penyempurnaan berbagai kegiatan untuk menghasilkan produk dan jasa yang memenuhi kebutuhan konsumen. Dengan strategi ini, konsumen akan dijamin memperoleh produk dan jasa perusahaan yang mutunya tinggi dan tidak dibebani dengan kegiatan-kegiatan yang tidak menambah nilai bagi konsumen.

Sistem akuntansi biaya tradisional tidak dirancang untuk menghasilkan informasi biaya yang teliti, sehingga tidak dapat dipakai sebagai dasar bagi manajemen untuk menempatkan diri unggul dalam jangka panjang di dalam persaingan. Oleh karena itu, sistem akuntansi biaya harus dirancang kembali untuk mampu mencerminkan konsumsi sumber daya dalam berbagai kegiatan yang digunakan untuk menghasilkan produk dan jasa. Dengan sistem informasi akuntansi biaya yang mampu menghasilkan informasi konsumsi sumber daya dalam berbagai kegiatan perusahaan, manajemen akan berada dalam posisi mampu mengelola biaya (cost management) . Cost management merupakan salah satu strategi penting yang dapat menempatkan perusahaan unggul dalam jangka panjang di dalam persaingan.

Perkembangan pemakaian ABC system menuntut peninjauan kembali materi yang diajarkan dalam mata kuliah akuntansi biaya. Pengajaran akuntansi biaya harus ditujukan ke rekayasa informasi biaya untuk memenuhi kebutuhan internal user. Penggolongan biaya, komponen product costs perlu ditinjau kembali untuk disesuaikan dengan gambaran perusahaan manufaktur modern. Ketelitian perhitungan product costs dengan pemanfaatan teknologi komputer dan kesadaran pengelolaan biaya overhead pabrik perlu ditanamkan kepada peserta didik. Issue variabel costing menjadi tidak begitu relevan dalam pengajaran akuntansi biaya. Perlu ditekankan dalam pengajaran akuntansi manajemen pergeseran peran informasi akuntansi manajemen dari salah satu dasar penting dalam pengambilan keputusan manajemen menjadi pembentuk perilaku manajemen.

DAFTAR PUSTAKA.

Brimson, James A. Activity Accounting: An Activity-Based Costing Approach.
New York: John Wiley & Sons, Inc., 1991.
Cooper, Robin. “Does Your Company Need a New Cost System ?” Dalam The
Design of Cost Management Systems: Text, Cases, and Readings. Eds. Robin Cooper dan Robert S. Kaplan. Prentice-Hall International Editions. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice Hall, Inc. 1991.
Cooper, Robin dan Rober S. Kaplan. The Design of Cost Management Systems:
Text, Cases , and Readings. Prentice-Hall International Editions. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall, Inc. 1991.
Johnson, H. Thomas. “Activity-Based Information: A Blueprint for World Class
Management Accounting.” Dalam The Design of Cost Management Systems: Text, Cases, and Readings. Eds. Robin Cooper dan Robert S. Kaplan. Prentice-Hall International Editions. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice Hall, Inc. 1991.
Kaplan, Robert S. ” Accounting Lag: The Obsolescence of Cost Accounting
Systems.” Dalam The Design of Cost Management Systems: Text, Cases, and Reading. Eds. Robin Cooper dan Robert S. Kaplan. Prentice-Hall International Editions. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall, Inc. 1991.
Kaplan, Robert S. ” Yesterday’s Accounting Undermines Production.” Dalam The
Design of Cost Management Systems: Text, Cases, and Reading. Eds. Robin Cooper dan Robert S. Kaplan. Prentice-Hall International Editions. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall, Inc. 1991.

Copyright © 2000

Tinggalkan komentar